EKONOMI DAN BISNIS

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Q1 2025, Diprediksi Hanya Menyentuh 5,03%

×

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Q1 2025, Diprediksi Hanya Menyentuh 5,03%

Sebarkan artikel ini

MATAMATA.ID – Center of Economics and Law Studies (Celios) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada Q1( kuartal I) – 2025 hanya mencapai 5,03%. Prognosa ini berdasarkan kondisi perekonomian saat momentum Ramadan dan Idulftri tahun 2025 ini.

“Celios memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I- 2025 hanya 5,03% (year-on-year). Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 yang mencapai 5,11%,” ucap Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira saat konferensi pers,(dikutip dari Investor.id) 30 Maret 2025 lalu.

Dia mengatakan jika dilihat secara musiman momen Ramadhan dan Idulfitri tahun 2025 akan mendorong konsumsi rumah tangga lebih tinggi dibandingkan kuartal IV-2024. Namun, faktor seasonal yang di ikuti pembagian THR tetap tidak mampu membuat ekonomi tumbuh lebih tinggi. Bahkan dikhawatirkan ekonomi bakal melambat paska lebaran, karena tidak ada lagi motor penggerak konsumsi yang signifikan.

“Belanja pemerintah yang sedang efisiensi besar-besaran juga berpengaruh ke consumer confidences. Pelemahan kurs rupiah juga menambah kehati-hatian dari masyarakat untuk membelanjakan uangnya” kata Bhima.

Pada awal tahun 2025 ini terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam jumlah besar. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan mencatat ada 18.610 orang yang terkena PHK dari Januari hingga Februari 2025. Jumlah tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun 2024. Bahkan, jika mengacu data KSPI, sudah ada 60 ribu buruh di PHK dari 50 perusahaan.

Direktur Ekonomi Celios Nailul Huda mengatakan kondisi PHK yang masif membuat kinerja konsumsi melemah, dengan salah satu indikatornya adalah Indeks Keyakinan Konsumen. Pada Januari 2025, terjadi penurunan IKK hingga 0,4% (month-to-month) dibandingkan IKK Desember 2024. Situasinya cukup anomali. Jika kita mengacu pada periode 2022 hingga 2024, biasanya terjadi kenaikan IKK di bulan Januari karena ada optimisme konsumen di awal tahun.

“Kondisi keyakinan konsumen melemah juga terjadi di bulan Februari 2025,” imbuh Huda.

Data lainnya juga menunjukkan hal yang serupa dimana ada penurunan angka Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Januari 2025. Pada Desember 2024, angka IPR sebesar 222 poin dan angka IPR turun menjadi 211,5 di Januari 2025. Jika kita tengok pergerakan di Desember 2023 ke Januari 2024 masih bergerak positif. “Artinya, konsumen yang tidak yakin akan perekonomian tahun 2025, mendorong penjualan eceran kita juga turun. Akibatnya, daya beli masyarakat kian terperosok di awal tahun 2025,” imbuh Huda.

Huda mengatakan dengan kondisi tersebut maka perputaran uang di momen Ramadhan dan Hari Raya Idulfitri akan melemah dibandingkan dengan tahun lalu. Menurut dia, tambahan Jumlah Uang yang Beredar (JUB) dalam artian sempit (M1) di momen Ramadhan dan Hari Raya Idulfitri 2025, akan melemah sebesar -16,5% dibandingkan momen yang sama di tahun 2024. Tambahan uang beredar hanya di angka Rp 114,37 triliun.

“Sedangkan tahun 2024, tambahan uang beredar ketika momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri mencapai Rp 136,97 triliun.” pungkas Huda. (YOGA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *