MATAMATA.ID – Pemerintah berupaya meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi melalui proyek Danantara, sebuah unit investasi yang memanfaatkan dividen BUMN serta mengoptimalkan aset.
Pengamat Ekonomi Universitas Lampung (Unila), Asrian Hendi Caya, menilai bahwa Danantara memiliki potensi besar dalam mendorong investasi strategis di Indonesia.
“Ya jadi Danantara ini potensinya sangat besar untuk mendorong investasi strategis di Indonesia,” katanya saat diwawancarai awak media, Selasa, 25 Februari 2025.
Menurut Asrian, holding BUMN memiliki kewenangan mengelola dana dari dividen perusahaan-perusahaan di bawahnya. Pemerintah berharap kehadiran Danantara dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen, terutama di sektor hilirisasi industri energi, energi terbarukan, dan pangan.
“Danantara berfungsi untuk mengelola investasi dari dividen BUMN sekaligus membina kinerja BUMN agar menghasilkan dividen lebih besar. Ini juga bagian dari optimalisasi aset yang dimiliki BUMN,” ujar Asrian.
Fokus Investasi dan Target Aset
Danantara akan berinvestasi pada proyek riil di sektor-sektor strategis. Dengan target nilai aset mencapai Rp15.000 triliun, tahap awal akan melibatkan tujuh perusahaan BUMN yang masuk dalam skema Danantara. Sektor hilirisasi dan manufaktur menjadi prioritas, terutama untuk mengatasi stagnasi pasca-pandemi Covid-19.
Namun, Asrian menekankan bahwa perusahaan yang masuk dalam Danantara harus murni berorientasi bisnis tanpa intervensi pemerintah dalam bentuk penugasan khusus. Ia mencontohkan, jika Danantara diberikan proyek yang tidak menguntungkan seperti pembangunan jalan tol tanpa prospek balik modal, maka hal tersebut bisa bertentangan dengan tujuan awalnya sebagai entitas bisnis murni.
Tantangan dan Harapan
Meski memiliki potensi positif, Asrian mengingatkan agar struktur organisasi Danantara tidak membengkak dengan terlalu banyak rekrutmen. Selain itu, ia juga mengkhawatirkan potensi konflik kepentingan dalam kepemimpinan Danantara, terutama jika pejabat pemerintahan terlibat langsung dalam pengelolaannya.
“Struktur organisasi Danantara harus minimalis dan berbasis kompetensi. Selain itu, investasi yang dilakukan harus berorientasi profit tanpa intervensi pemerintah dalam bentuk penugasan khusus,” tegasnya.
Dalam implementasinya, Danantara diharapkan dapat memperkuat pelaku ekonomi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor. Sektor pangan, misalnya, dapat memperoleh manfaat besar dengan memanfaatkan produksi lokal, seperti optimalisasi komoditas nikel yang selama ini lebih banyak diekspor dalam bentuk mentah.
“Semangatnya sudah positif. Harapannya, Danantara bisa benar-benar mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi yang bisa kita kendalikan sendiri,” pungkas Asrian. (**)