MATAMATA.ID – Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menilai ancaman triple planetary crise perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati, nyata dirasakan.
Ancaman itu ditandai meningkatnya intensitas kejadian bencana hidro-meteorologi di berbagai daerah. Oleh sebab itu, ia meminta semua pihak dapat mengantisipasi hal tersebut.
Sebagai bagian dari mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, khususnya di sektor kelautan dan pesisir, ia menekankan komitmen program nasional Kampung Nelayan Merah Putih (KNMP) difasilitasi Kementerian Kelautan dan Perikanan.
“Lampung mendapatkan alokasi pembangunan di dua lokasi di Kabupaten Lampung Timur dan dua lokasi di Kabupaten Lampung Selatan,” kata Mirza, Senin, 8 Desember 2025.
Kepercayaan itu bukan hanya suatu kehormatan, tetapi juga tanggung jawab besar mendorong kemajuan dan kesejahteraan nelayan serta masyarakat pesisir di Lampung.
Ia mendorong pemerintah daerah bersama masyarakat, mendukung target nasional pembangunan 1.000 KNMP guna penguatan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup nelayan.
“Tertuanya juga berupaya maksimal agar Lampung dapat kembali mendapat alokasi KNMP pada 2026 mendatang,” ujar Mirza.
Kewaspadaan bencana, ia meminta peringatan dini dari BMKG terkait potensi banjir pesisir atau rob di wilayah pesisir Indonesia menjadi perhatian bersama dan diinformasikan kepada keluarga serta masyarakat.
“Terlebih Jepang libur Natal dan Tahun Baru bertepatan musim hujan. Semua pihak selalu waspada, memperbaharui, dan menyebarkan informasi cuaca dari situs resmi,” katanya.
Terakhir, ia mengimbau ASN di Lampung menunjukkan empati dan tanggung jawab moral membantu korban bencana alam banjir bandang di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat melalui Bumbung Kemanusiaan Korpri.
“Sebagai wujud respon cepat ASN Lampung sejalan dengan instruksi nasional Korpri yang menekankan nilai kejujuran, empati, tanggung jawab, serta kesiapsiagaan ASN dalam penanganan bencana. (**)











